Jumat, 02 Juli 2010

Konsep SALIRO


Seni adalah bahasa jiwa yang sempurna sebagai bentuk apresiasi nyata yang mampu menyuarakan gerak langkah jeritan nilai-nilai hidup manusia. Budaya adalah budaya kalbu yang murni keluar dari dalam jiwa para leluhur kita sebagai symbol yang melambangkan bentuk hidup rukun dan saling menghargai antar sesama. Membangun manusia Indonesia seutuhnya, memerlukan keseimbangan antara pembangunan fisik dan pembangunan nonfisik. Pendiri Republik ini juga sudah mengisyaratkan tentang perlunya Nation and Character Building. Demikian pula kata-kata bijak itu; bahwa dengan agama hidup menjadi berguna dan terarah, dengan ilmu hidup menjadi mudah, dengan seni hidup menjadi indah. Karena itulah kesenian sudah seharusnya disikapi dengan semestinya serta dipahami dengan sewajarnya, sebagaimana posisi agama dan ilmu.
Bahwasanya melestarikan, mengembangkan dan memelihara kesenian bukan semata-mata tugas pemerintah. Peranan masyarakat sudah selayaknya dilibatkan sejak tahap perancangan, tahap pelaksanaan hingga tahap penilaian. Pemerintah dan masyarakat perlu berjalan seiring dan saling melengkapi sehingga kesenian betul-betul dapat diperlakukan sebagaimana yang menjadi kebutuhan kalangan seniman, pekerja seni dan seluruh pihak yang terkait dengan kesenian, bahkan juga masyarakat penikmat kesenian. Oleh karenanya Pemerintah perlu didampingi oleh sebuah lembaga yang bertindak sebagai pemikir dan konseptor dalam pembinaan dan pengembangan kesenian, diluar institusi yang berada dalam hirarki pemerintah sendiri. Dalam kerangka seperti itulah Sanggar Lir-ilir Solo (SALIRO) didirikan, dengan pokok-pokok pengertian sebagaimana terurai dalam anggaran dasar ini.
SALIRO merupakan singkatan dari Sanggar Lir-ilir Solo. Saliro sendiri di dalam bahasa jawa diartikan sebagai tubuh. Dalam penggunaanya kata ini sering digabungkan dengan kata lain yaitu “Ngadi Saliro”, Ngadi Saliro merupakan falsafah jawa, ngadisaliro berasal dari bahasa sansekerta yang artinya mempercantik diri. Ngadisaliro atau sariro adalah badan kita yang harus dirawat. Badan kita terdiri dari jiwa dan raga, jasmani dan rohani. Maka hendaknya kita usahakan agar tetap terjaga keseimbangannya. Sedangkan makna yang lain dari kata Ngadi Saliro yaitu melatih diri. Tubuh dalam hal ini diartikan sebagai modal Manusia yang utama. Selama manusia hidup maka tubuh merupakan bagian yang terpenting, karena setelah mati tubuh hanyalah jasad yang tak berarti, dan tentu saja sudah tidak mampu melakukan sesuatu lagi.

Kata Lir-ilir berasal dari bahasa Jawa “Ngelilir” yang artinya terjaga/bangun dari tidur, bangun ke alam pemikiran yang baru, ide-ide dan kreasi baru. Nama Lir-ilir dipilih sebagai nama sanggar karena diilhami oleh makna yang terkandung di dalam tembang Lir-ilir ciptaan Sunan Kalijaga. Sedangkan tambahan kata Solo dibelakang semakin mempertegas bahwa komunitas ini tumbuh dan berkembang di kota Solo. Selanjutnya Saliro adalah tempat dimana pribadi-pribadi melatih diri (belajar dan berkarya Saliro/Tubuh merupakan modal utama manusia untuk mencapai tujuan hidup dengan cara ngadi saliro. Adapun Bunyi Syair tembang itu adalah…

Lir ilir, lir ilir.. tandure wis sumilir. Tak ijo royo-royo Tak sengguh Temanten anyar. Cah angon 2x penekno blimbing kuwi Lunyu-lunyu yo penekno.. Kanggo basuh dodot iro.. Dodot iro.. dodot iro.. Kumitir bedah ing pinggir.. Dondomono jlumatono.. Kanggo sebo mengko sore Mumpung padang rembulane Mumpung jembar kalangane Yo surako surak hiyo…

ARTI SYAIR INI…………….. Tanamannya sudah tumbuh Hijau sempurna Seperti pasangan yang baru menikah.. Anak gembala segera panjatlah pohon belimbing itu.. (belimbing yang berwarna hijau diibaratkan agama islam) Walaupun licin ya tetap panjatlah (walaupun sulit tetap perjuangkan agama islam) Untuk membasuh “dodot iro” (untuk membasuh hati supaya bersih) “Dodot iro” sobek di pinggir (hati telah rusak di sekitarnya) Jahitlah dengan serius (segera obati hatimu dengan serius) Untuk bekal nanti sore (untuk bekal mati) Mumpung rembulan bersinar Mumpung halaman masih luas (mumpung masih ada kesempatan) Bersoraklah hiyo…

Sedangkan bila dikaitkan dengan Tujuan didirikannya sanggar ini adalah sebagai berikut :
1. Lir ilir, lir ilir.. tandure wis sumilir, Menumbuhkan pemikiran-pemikiran dan ide-ide kreatif yang baru dibidang Kesenirupaan. Pada dasarnya manusia yang terlahir di muka bumi ini telah diberi Benih (kemampuan). Jika orang yang bersangkutan tersebut “sadar” akan adanya benih itu dalam dirinya dan mau merawatnya dengan baik, maka benih itu akan tumbuh dengan baik pula.
2. Tak ijo royo-royo Tak sengguh Temanten anyar, Lambang tanaman yang subur karena dirawat dengan baik. Harapan untuk sanggar ini setiap anggotanya dapat mejaga dan memupuk kemampuannya dalam berkarya seni, sehingga mendapatkan hasil yang baik pula. Dengan mendapatkan hasil yang baik, maka akan mendapatkan kepuasan batin dan kebahagiaan seperti halnya kebahagiaan yang dialami oleh pengantin baru.
3. Cah angon 2x penekno blimbing kuwi, Pribadi yang baik haruslah bisa berperan sebagai Gembala yang baik. Gembala yang mampu mengendalikan emosi dan hawa nafsu.
4. Lunyu-lunyu yo penekno.. Kanggo basuh dodot iro.. Untuk mencapai suatu tujuan tidaklah mudah, maka usahakanlah dengan sungguh-sungguh. Dengan berusaha terus –menerus kita akan mencapai tujuan yang kita inginkan.
5. Dodot iro.. dodot iro.. Kumitir bedah ing pinggir.. Dondomono jlumatono.. Kanggo sebo mengko sore Walaupun banyak kendala di sana sini, ada perbedaan pendapat di antara para anggotanya diusahakan untuk diselesaikan secara bersama-sama.
6. Mumpung padang rembulane Mumpung jembar kalangane. Selama masih ada kesempatan semua permasalahan dan hambatan yang timbul bisa diselesaikan, jadi jangan sia-siakan waktu yang ada. Gunakan untuk berkarya dengan baik
7. Yo surako surak hiyo… Dan apabila semua berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan, maka kita bisa merasakan kebahagiaan bersama-sama.

Visi
Ikut berperan serta dalam menumbuhkembangkan kehidupan berkesenian khususnya seni rupa di kota Solo.

Misi
1. Menjadikan organisasi Sanggar Saliro sebagai wadah yang bisa menjembatani hasrat berkesenian masyarakat solo.
2. Sanggar diharapkan bukan sekedar kawah candradimuka melainkan sebagai barometer yang bisa melahirkan perupa-perupa yang benar-benar memiliki karakter dan wawasan berkesenian yang luas
3. Meningkatkan kualitas SDM untuk menjadi pekerja seni yang professional
4. Menyalurkan Aspirasi, bakat-bakat seni khususnya Seni Rupa dikota Solo.
5. Mengadakan hal-hal yang dapat menunjang tercapainya tujuan berdirinya Saliro, seperti :
a. Mengadakan latihan/berkarya bersama
b. Mengadakan pameran bersama tahunan
c. Mengikuti berbagai festival seni/partisipasi di ajang seni rupa
d. Menghadiri, berpartisipasi dan mengadakan berbagai workshop tentang seni rupa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar